Buku ini merupakan kelanjutan dan pengembangan dari buku berjudul Ekonomi Veteriner (Subur Tjahjono, Penerbit Buku Kompas, 2017). Komunikasi dibahas singkat di buku tersebut dalam bagian manajemen bisnis di tempat praktik.
Mengingat semakin pentingnya komunikasi di dunia veteriner atau kedokteran hewan, penulis memandang perlu untuk mengupasnya secara khusus. Terlebih lagi buku yang mengupas komunikasi veteriner masih langka, sementara rekan-rekan serumpun di bidang peternakan, pertanian, kedokteran, kedokteran gigi, dan farmasi telah memiliki buku komunikasi di bidang masing-masing.
Padahal komunikasi merupakan unsur vital dalam dunia veteriner atau kedokteran hewan. Terlebih lagi karena luasnya bidang dunia veteriner. Bidang kerja dokter hewan juga luas, mulai dari pekerjaan di pemerintah, perusahaan swasta, tempat praktik, laboratorium, hingga di bidang komunikasi itu sendiri.
Gagalnya komunikasi dapat menyebabkan kebijakan pemerintah salah ditangkap oleh masyarakat, sehingga pesan yang akan disampaikan tidak sampai di lapangan Kegagalan komunikasi di ruang praktik dapat menyebabkan tidak kembalinya pelanggan ke dokter hewan.
Ilmu komunikasi berusaha membuat kerangka teori dan praksis untuk menjembatani berbagai kepentingan tersebut. Dalam komunikasi veteriner, ilmu komunikasi tersebut diterapkan dalam bidang kerja dokter hewan.
Buku ini membahas komunikasi, dengan fokus khusus pada penerapannya dalam bidang veteriner. Bagian pertama menguraikan dasar-dasar komunikasi antarmanusia dan antarhewan, termasuk definisi, model komunikasi, serta konsep ruang publik dan opini publik.
Buku ini juga membahas lanskap media yang terus berkembang, dari media konvensional hingga media baru, beserta perbedaan antara keduanya dan peran media arus utama. Buku menjelaskan pula mengenai pers Indonesia, termasuk regulasi, organisasi, peran wartawan, dan Kode Etik Jurnalistik.
Bagian pertama diakhiri dengan penjelasan tentang dasar-dasar berita, siaran pers sebagai alat komunikasi, serta cara berkomunikasi dengan media dan prosedur penanganan keberatan terhadap kekeliruan pemberitaan.
Bagian kedua buku ini berfokus pada dunia veteriner. Pembahasan dimulai dengan definisi dan sejarah kedokteran hewan, termasuk pendirian sekolah kedokteran hewan pertama di dunia dan di Indonesia. Buku menjelaskan pula mengenai jumlah dokter hewan di Indonesia, penyebarannya, bidang pekerjaan, dan kompetensi yang harus dimiliki, termasuk keterampilan komunikasi profesional.
Buku ini kemudian menghubungkan kedua bagian dengan memperkenalkan konsep komunikasi veteriner, yang didefinisikan sebagai komunikasi antar individu yang terlibat dalam dunia kedokteran hewan.
Dengan latar belakang tersebut, buku ini hadir dengan mencoba menggunakan ilmu komunikasi untuk dapat diterapkan dalam bidang kedokteran hewan.