
Khadijah r.a Ketika Rahasia Mimpi Tersingkap
buku yang sangat romantis tentang kisah Khadijah ditulis dengan kerinduan dan cinta.
Bagaimana Khadijah r. a ?
Jika semua air laut menjadi tinta, dedaunan berubah menjadi kertas, ranting pohon yang menjuntai menjadi pena, untuk menuliskan nikmatNya; semua akan menggantung habis tak bersisa. Maka senarai kata agung alhamdulillah, menjadi diksi yang paling indah sebagai tapak awal permulaan sebuah kisah. Sholawat penuh pesona, dan salam hangat dari bibir cinta untuk Sang Baginda dan perempuan yang menjadi teman pertama di sisinya; Khadijah Al-Kubra.
Sebagai utusan akhir yang meniupkan hakikat percintaan, menyusuri terjalnya kehidupan, dan menghadapi duka sebuah perjuangan, Rasulullah tercinta oleh Allah diberikan dua teman sebagai perjalanan hidupnya. Yang satu, sosok penghuni langit, yaitu JIbril, dan satunya lagi adalah putri dunia; Khadijah. Dua teman itu akan selalu memotivasi dalam setiap detak ruas proses perjuangannya dan perjalanan hidupnya. Dalam setiap diam geraknya. Dalam setiap tapak langkahnya. Hingga pada akhir hembusan napasnya.
Adalah niscaya, jika perjalanan hidup tak selalu mulus. Mudah tanpa hambatan. Sesuai dengan keinginan. Tidak mungkin.! Pasti disana ada tangis sebuah perjuangan. Gugup langkah karena gagal. Dan sakit karena jatuh. Duka karena dihina. Maka saat engkau dalam keadaan terpuruk JIbril akan datang membawa kabar baik dari Tuhan. Sementara Khadijah hadir untuk memberikan kehangatan lewat peluknya. Satu kabar baik dari JIbril mampu membuyarkan jutaan tangis Muhammad. Sebaris senyum Khadijah mampu meluluhlantakan kesedihan. Satu dekapan cinta dari Khadijah bisa menghilangkan semua nyeri pada sekujur hati Muhammad. Kedua sosok itu, adalah anugerah yang sudah Allah gariskan semenjak zaman azali. Agar hadirnya menjadi penyemangat dan motivasi.
Teman saya sibuk membuka lembaran-lembaran kitab PDF-nya, kemudian beliau kemukakan pendapat Imam Adz- Dzahibi dalam kitabnya Siyaru A’lamu Nubala ‘. Diterjemahkan setiap kalimat Arab itu dengan sngat fasih, sementara saya hanya menjadi pendengar yang taat sembari menyeksakan pada setiap kata yang menyumbul dari lisannya. Lebih jauh dari itu, diantara senda gurau yang terus terbang bersama kepulan asap menuju langit, saya cukup takjub pada teman saya ini, (Gt Sidogiri) saat ditanya tentang sosok perempuan bernama Khadijah. Beliau tertegun sesaat. Saya tatap wajah bersihnya yang sedang mengeja makna. Kemudian dengan suara yang lembut dan pelan sekali beliau bercerita sosok perempuan hebat sebagaimana beliau dengar dari gurunya dibangku sekolahnya.
Sebelum lisannya membulirkan tasbih-tasbih cinta, beliau mengutip kalimat ulama ahli sejarah, Ibn Ishaq namanya, beliau menyatakan; Khadijah adalah sosok wanita paling tinggi nasabnya, paling banyak hartanya, dan paling cerdas otaknya diantara kaumnya. Saya tambah sedikit saat itu; membincangi sosok Khadijah, adalah kisah yang takkan pernah berakhir untuk diceritakan, lirik yang tak pernah bosan untuk dinyanyikan, bait yang takkan habis untuk diaksarakan. Beliau tidak hanya menjadi perempuan yang sangat menakjubkan. Memesona. Bintang diatas bintang. Bulan diatas bulan. Beliau lebih dari itu. Sungguh beliau berada diluar ekspektasi.
“Ada seorang Kyai dari Madura bertandang ke dalemnya KH. A. Fuad Noer Hasan Sidogiri,” dengan bawaannya yang khas teman kami itu mulai bercerita. Sembari menghisap buntung rokoknya, saya juga menikmati kisah ini. Tuturnya mengalir dengan tenang. Bawaannya takdzim. Bahasanya mengalir hangat. Suaranya pelan sekali. Dalam bincang yang mesrah sosok Kyai yang usianya kian menyenja itu membuka ruang pendapat dengan wajah yang sangat serius, “Kyai,” katanya dengan sapaannya yang akrab kepada KH. A. Fuad Noer Hasan;, “Saya penasaran, sungguh saya dibuat penarasan; seperti apa pesona yang dimiliki oleh Khadijah hingga membuat Rasulullah jatuh cinta berkalikali?” Kyai dari Madura itu menjeda kalimatnya, sembari mengeja setiap desiran angin malam. Dia pejamkan matanya menyesap setiap kejadian dalam hidupnya. Dengan mengunjal napas dia tersenyum sebelum melanjutkan; “Sementara Khadijah sudah mempunyai anak dan dua kali menjanda. Keistimewaan apa yang dia miliki?”
Saat itu KH. Fuad hanya tersenyum mendengar tanya serius dari teman diskusinya. Dia juga tak mampu untuk menjawabnya. Terlalu sulit. Terlalu jauh. Terlalu dalam. Terlalu sempurna. Terlalu berbahaya. Dan makna yang senada dengan itu semua; biarlah waktu yang menjawab. Hari berganti hari. Minggu berlalu disambut bulan. Kemudian sosok Kyai yang penasaran pada istrimu duhai kekasih melakukan kewajiban rukun islam yang nomor lima. Setelah dia malam di Makkah ada sesuatu yang tak biasa yang selalu dia saksikan disana. Dia selalu bertemu dengan sosok perempuan yang sulit untuk digambarkan. Matanya lebar. Bulu matanya lentik. Parasnya ayu. Sikapnya hangat. Wajahnya teduh. Seteduh tingkahnya. Hidungnya mancung. Tingginya sangat sempurna, ditopang dengan ke sempurnaan badan yang atletis. Sebelumnya sudah begitu banyak perempuan-perempuan cantik yang dia temui. Tapi sekarang perempuan ini sungguh baginya sangat berbeda.
Sungguh saya tidak pernah bertemu dengan sosok perempuan seperti itu sebelumnya. Gumamnya sebentar. Setelah pertemuan yang tak terhitung jumlahnya di tempat yang berbeda-beda, didekat Kakbah, saat melakukan Thawaf, di dekat Hotel, atau bahkan di Mina, orang itu selalu hadir dan berdekatan dengannya. Sungguh Kyai itu dibuat salting dan penasaran. Dengan membuang rasa malu dia mencoba bertanya; “Duhai perempuan mulia, engkau ini siapa?” tanya penuh takdzim.
Kyai itu bagai tertimpa gunung saat menatap senyumnya. Ada binar yang sangat terang keluar dari sela-sela giginya. Bibirnya bak jeruk sloni. Tiap Kyai itu menatapnya ada aura yang sulit untuk diceritakan. Atau bahkan tidak cukup jika tulisan menjadi wakil untuk melukiskan dirinya. Dia terlalu sempurna. Bukan hanya cantik. Melebihi itu. Jika ada kata yang lebih cantik dari kata cantik itu sendiri, maka sosok itulah yang pantas menyandangnya.
“Aku… Aku ibundamu, duhai anakku!”
Benarkah apa yang aku dengar? Atau mungkin salah tangkap, atau salah tafsir? Atau saya sedang bermimpi? Kyai itu tertegun tak mengerti. Dia mencoba mencubit pipinya untuk meyakinkan bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. Benar adanya, bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. Bukan ilusi. Ini faktual. Ini kenyataan.
“Duhai perempuan mulia?” Kyai itu bertanya lebih lanjut dengan senyum dan wajah tanda tanya. “Siapa namamu?” “Aku…, ” sosok tinggi itu mendekti kalimatnya sebelum melanjutkan, “Aku ibundamu, Khadijah, duhai anakku.. Istri Nabimu, Muhammad.!” Sontak wajah Kyai itu berubah menjadi pucat seputih tepung. Dia tidak percaya kejadian itu. Dia menganggapnya ini hanya sebuah mimpi. Tapi sakit pada tubuhnya saat dicubit terasa sekali. Benarkah ini kenyataan? Kyai itu masih dibuat bingung. Antara percaya dan tidak keduanya mempunyai takaran yang sama. KH. A. Fuad menitikkan air mata mendengar penuturan sahabatnya. Beliau paham, bahwa hanya orang-orang terpilih saja yang bisa bersitatap langsung dengan sosok semulia Khadijah. Hanya orang-orang terpilih yang akan disambangi oleh beliau. Beliau yakin berita ini bukan main-main. Ini sebuah kejujuran. Sebuah kenyataan. Sebuah kenyataan yang membutuhkan cinta untuk mempercayai.
“Demi Allah….,” simpulnya Kyai itu ketika menutup kisahnya, “Saya belum pernah melihat sosok perempuan yang lebih cantik melebihi; Khadijah Al-Kubra.”
Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!



Daftar Isi dan Spesifikasi Buku
Buku ini terdiri dari 30 bagian pembahasan yang ditulis oleh penulis
- Cetakan I, Maret 2022
- Jumlah Halaman xxii + 568
- Ukuran 14 x 20 cm
- Kertas Isi Bookpaper 57,5 gram (Hitam Putih)
- Kertas Cover Ivory 230 Gram (Laminasi Doff)
- Finishing Jilid Lem Panas (Soft Cover) dan Shrink (Bungkus Plastik)
Berapa Harganya?
MASA LAUNCHING
Rp99,000
Khusus 18 April 2022
Bonus Buku Banjir Follower di Instagram
Belum Termasuk Ongkir
HARGA
PROMO
Rp99,000
Selama Ramadhan
Bonus Buku Banjir Follower di Instagram
Belum Termasuk Ongkir
Tentang Penulis

Ja'far Shodiq M.B,
Ja’far Shodiq M.B, dengan nama pena @elhamba ini lahir di Pakes Panaan, Pamekasan, Madura 24 November 1997 silam. Ada satu adigium Arab yang dia jadikan sebagai motivasi: Jika engkau sedang diuji oleh perempuan, entah dalam tafsir yang berbeda, ditinggal pergi saat lagi sayang-sayangnya, patah hati dari kisah sedih yang memilih sudah, atau bahkan mungkin diselingkuhin, maka sibukkan dirimu dengan menulis sebanyak-banyaknya. Dalam riwayat lain disebutkan, “membacalah sebanyak-banyaknya) wa huwa min ziyadati. Email: @elhambashodiq@gmail.com Instagram: @shodiq.elhamba