Ingatan Yang Diabaikan: Islam, Kekerasan, dan Nasionalisme

Buku yang mengkaji secara serius terkait kekerasan negara dan masyarakat serta bagaimana proses pengabaian itu terjadi.

Bagaimana Islam, Kekerasan negara dan masyarakat serta nasionalisme itu diabaikan?

Secara garis besar buku ini berisi mengenai tiga hal dengan menjadikan perspektif Politik Ingatan sebagai bingkai yang menjahit keseluruhan tulisan. Pertama, Islam, Masa Lalu, dan Kekerasan. Di sini, saya tidak menempatkan
Islam sebagai sebagai studi teologi, melainkan lebih kepada refleksi Sosiologi dan Antropologi atas apa yang terjadi di
masyarakat dengan menempatkan Indonesia sebagai studi kasus dan membandingkan kasus yang serupa di negara
Asia lainnya. 

Dalam bagian ini, misalnya, bagaimana ingatan mengenai peristiwa 1965 bagi anak-anak muda, dua
peristiwa pembantaian massal kepada kelompok Muslim (Tanjung Priok dan Talang Sari) saya tunjukkan untuk
melihat kekerasan negara dan masyarakat dan bagaimana proses pengabaian itu terjadi. Tidak luput, saya membahas
agensi Islam yang dimunculkan oleh tokoh Islam seperti Gusdur, dan Amien Rais. Selain itu, bagaimana tokohtokoh
elit politik memunculkan wajah ganda dalam publik nasional dan internasional mengenai Islam dengan adanya
rencana pembakaran Alquran yang direpresentasikan oleh sekelompok komunitas di Amerika Serikat dan Pembakaran
Alquran yang terjadi di Bogor.

Kedua, Politik dan Kewarganegaraan. Bagi saya, dua hal tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan dalam konteks Indonesia. Dalam pembahasan ini, saya tidak hanya menempatkan studi politik mengenai partai, elit, dan struktur oligarki, sebagaimana sering dibahas oleh para sarjana, baik Indonesia maupun luar negeri, melainkan juga bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari orang biasa. Misalnya pemberian gelar pahlawan, persoalan etno-nasionalisme, daya tahan strategi ekonomi Pecel Lele orang-orang Lamongan, Machoisme dalam dunia sepakbola, dan bagaimana kekerasan itu terjadi dalam keseharian masyarakat melalui terorrisme dan upaya normalisasi kejahatan.

Pembahasanketiga mengenai Imaji dan Nasionalisme. Selain membahas mengenai asal-usul nasionalisme, saya menarasikan mengenai tokoh-tokoh yang menguatkan imajinasi keindonesiaan, dengan mengajukan dua nama yang selama ini selalu mendapatkan porsi sedikit dalam perbincangan mengenai pembentukan keindonesiaan, kelompok Tionghoa dan Joesoef Ishak. Selain itu, saya mengkisahkan mengenai sosok Indonesianis Benedict Anderson, yang karya-karyanya selalu menjadi rujukan mengenai studi Indonesia dan, di sisi lain, menjelaskan secara ironis bagaimana Birokrasi Pengetahuan dalam dunia akademik kita telah mengebiri para sarjana Indonesia untuk berkiprah dalam level akademik internasional. 

Sebagai perbandingan, saya mendiskusikan bagaimana trauma dan kekerasan yang membentuk wajah Filipina dengan mengajukan tokoh-tokoh politik seperti Benigno Nonoy Aquino III, Rodrigo Duterte, dan Bongbong Marcos sebagai pembahasan, dengan melihat peristiwa 1965- 1966 sebagai analisis pembuka yang mengubah lanskap sosial dan politik Indonesia saat ini.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3

Daftar Isi dan Spesifikasi Buku

Buku ini terdiri dari beberapa bagian pembahasan yang ditulis oleh para penulis dari beragam disiplin ilmu

  • Cetakan I, Agustus 2022
  • Jumlah Halaman xii + 138
  • Ukuran 14x20 cm
  • Kertas Isi Bookpaper 57,5 gram (Hitam Putih)
  • Kertas Cover Ivory 230 Gram (Laminasi Doff)
  • Finishing Jilid Lem Panas (Soft Cover) dan Shrink (Bungkus Plastik)

Rp 97,300

Rp 48,650

Diskon 50% Pra Pesan 13-20 Agustus 2022 Harga belum termasuk ongkos kirim

  • Harga Belum Termasuk Ongkos Kirim
  • Klik Tombol Beli Sekarang untuk Melanjutkan Pembelian

Tentang Penulis

Wahyudi Akmaliah

Peneliti di Pusat Penelitian Masyarakatan dan Budaya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PMB-BRIN). Lulusan alumnus Madrasah Muallimin Muhammadiyah ini menempuh Pendidikan S1 di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2003). Ia kemudian meneruskan jenjang Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan mengambil tema tesis yang kemudian diterbitkan oleh Syarikat Indonesia, “Menggadaikan Ingatan: Politisasi Islah di Kalangan Korban Priok (1984)”. Untuk menguatkan Studi Politik Ingatan dan Kekerasan, ia mengambil S2 kembali dengan bidang studi International Peace Studies, University for Peace (2010), Costa Rica. Studi ini yang membawanya melakukan riset perbandingan Indonesia dan Filipina di bawah rejim otoriter melalui program Asian Public Intellectual (API), Nippon Foundation (2011-2012). Bekerja di BRIN sebagai Peneliti Senior, sejak tahun 2010 ia memfokuskan studi dan riset mengenai Islam, Kekerasan, Budaya Populer, dan Sosiologi Pengetahuan. Saat ini, ia sedang menempuh jenjang S3 di Kajian Melayu, National University of Singapore (NUS). Selain buku, dan bagian buku (book chapter), sejumlah hasil risetnya diterbitkan oleh Jurnal Terakreditasi Nasional dan International.