Samudrabiru – Klinik Eny adalah salah satu fasilitas kesehatan Tingkat I yang terletak di Mojosari, Baturetno, Banguntapan, Bantul; sekitar 7 km arah timur dari pusat kota Yogyakarta. Sejak tahun 2011 mulai bekerjasama dengan BPJS-Kesehatan. Pelayanan kesehatan dilaksanakan setiap hari kerja mulai pukul 08.00 –21.00 dengan fasilitas pelayanan Dokter Umum oleh 2 dokter; Dokter Gigi (seorang dokter dan asisten); ; Laboratorium (laboran ) dan apotek (apoteker, pendamping, asisten). Pada tahun 2018, Klinik Eny mengelola peserta BPJS sebanyak 5.900 orang, dimana 400 orang di antaranya adalah Peserta Prolanis (Program Pelayanan Penyakit Kronis : DM/ Gula, Hipertensi, Jantung, Stroke, dll). Karena terletak di pinggiran kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Kota Pendidikan, maka pasien Klinik Eny juga datang dari berbagai latar belakang keagamaaan dan etnis / budaya.
Klinik Eny sebagai salah satu fasilitas kesehatan tingkat I merupakan salah satu ujung tombak pelayanan dasar kesehatan di Indonesia, khususnya dalam mewujudkan berbagai target yang dirumuskan dalam MDGs (Millenium Development Goals) dan SDGs (Sustainable Development Goals). Sejak diadopsi di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2015, Indonesia telah mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Misalnya : menghapus penyakit berbahaya (malaria, HIV, dll); mencegah kematian bayi dan ibu melahirkan; melakukan gaya hidup sehat (tidak mengkonsumsi rokok dan zat adiktif lainnya; melakukan gerakan fisik secara teratur; memeriksakan kesehatan secara rutin, dan sebagainya). Pemerintah telah menunjukkan komitmen yang kuat dan mengambil tindakan awal, termasuk menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RJPMN), menindaklanjuti konvergensi yang kuat antara SDGs, sembilan agenda prioritas presiden “Nawa Cita”.
Program Indonesia Sehat (PIS) merupakan satu program dari agenda ke Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya, seperti Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan, yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Sasaran dari PIS adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: Pertama, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak. Kedua, meningkatnya pengendalian penyakit. Ketiga, meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; Keempat, meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan; Kelima, terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, dan; Keenam, meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan 2015-2019 dalam PIS dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam UU No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari amanat UU tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Porgram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Program PIS-PK ini dilaksanakan secara bertahap, yang diawali pada 2016 di 9 provinsi, 64 kabupaten/kota, 470 puskesmas. Selanjutnya pada 2017, PIS-PK dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota dengan tahapan 2.926 puskesmas, tahun 2018 menjangkau 5.852 puskesmas, dan pada 2019 nanti bisa dilaksanakan di seluruh puskesmas.
Keseluruhan buku ini merupakan dokumentasi dari berbagai olah piker penulis mengenai inovasi pelayanan dan cara berkomunikasi dengan pasien yang memadukan pendekatan medis dengan pendekatan budaya. Obsesi penulis adalah bagaimana mewujudkan sarana pelayanan kesehatan yang tidak semata-mata berurusan dengan pengobatan pasien. Lebih dari itu, fasilitas kesehatan bisa sebagai wahana dialog antarbudaya.
Judul Buku : When Health Meet Culture & Religion
Penulis : dr. Eny Iskawati & Dr. Sidik Jatmika, M.Si.
Penerbit : Samudra Biru
Cetakan : I Januari 2019
Dimensi : x + 203 hlm. ; 17,5 x 25 cm.
Harga : Rp