Penyediaan dan pengelolaan energi yang efisien untuk kehidupan masyarakat merupakan amanat rakyat yang menjadi tanggung jawab lembaga pemerintah. Perubahan kebijakan konsumsi energi nasional mempertimbangkan ketersediaan sumber daya alam dalam negeri, kekuatan finansial, dan perkembangan teknologi pengolahan energi primer. Ketersediaan energi listrik menjadi program pemerintah dalam meningkatkan ketahanan energi di Indonesia. Namun demikian, tingginya permintaan tambah daya konsumen listrik pada sistem Jawa Bali tidak menurunkan konsumsi gas LPG rumah tangga.

Berangkat dari realitas inilah, buku ini berupaya memetakan probabilitas electrifying lifestyle pada masyarakat urban. Model conversion intention dikembangkan dengan mengintegrasikan Technology Acceptance Model dan Value-based Adoption Model yang melibatkan perceived convenience (kenyamanan yang dirasakan) berorientasi waktu.

 Buku ini juga mencoba mengungkap relasi antara perceived usefulness (kegunaan yang dirasakan), perceived ease of use (kemudahan penggunaan yang dirasakan), dan kenyamanan yang dirasakan terhadap niat konversi dengan mempertimbangkan perceived alternative value dan biaya konversi. Pendekatan berbeda yang mengintegrasikan nilai konsumsi sebagai pembentuk nilai alternatif diprediksi mampu meningkatkan niat konversi Buku ini berupaya menyajikan sejumlah realita perilaku konsumen listrik rumah tangga pada area pelayanan Jakarta Raya (Jabodetabek) dengan daya tersambung minimal 1300 VA yang masih yang menggunakan gas elpiji untuk memasak sehari-hari. Adapun, pokok bahasan buku ini adalah paparan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat masyarakat urban beralih dari LPG ke listrik sebagai energi memasak. 

Dalam proses akhir penulisan buku ini, penulis menemukan bahwa nilai alternatif yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, dan kenyamanan yang dirasakan berpengaruh terhadap niat konversi. Namun demikian, kemudahan penggunaan kurang bermakna terhadap niat konversi.